4.19.2007

PLN akan membeli PLTS buatan ITB

Perusahaan Listrik Negara (PLN) siap membeli listrik hasil pengolahan sampah yang akan dikembangkan Institut Teknologi Bandung (ITB). Untuk langkah awal, Rektor ITB, Djoko Santoso dan Plt. Direktur Utama PLN, Djuanda Nugraha Ibrahim, sepakat untuk bekerja sama dalam hal kajian kelayakan dan desain pembangkit listrik dengan bahan bakar sampah.








Kesepakatan itu tertuang dalam perjanjian kerja sama yang ditandatangani keduanya, Kamis (27/7) di Gedung Rektorat ITB, Jalan Tamansari Bandung. Menurut Plt Dirut PLN, pengolahan sampah menjadi energi listrik ini, harus segera diwujudkan. "Tahun depan harus sudah terwujud," tutur Djuanda.

Apalagi, kata Djuanda, banyak investor yang tertarik untuk mendanai pengolahan sampah kota menjadi energi listrik. Rencananya, pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS) yang dibangun mempunyai kapasitas 30 megawatt (MW). "Kapasitas ini merupakan yang menguntungkan," ungkapnya.

Biaya yang diperlukan untuk membangun PLTS tersebut, diperkirakan mencapai Rp 11 miliar per MW, termasuk modal kerja selama tiga bulan. Selain itu, biaya ini juga mencakup penyediaan air baku dan sumbangan angkutan sampah Rp 10.000,00 per ton. Namun, pembiayaan yang dianggarkan tersebut belum termasuk biaya pembebasan lahan dan infrastruktur transportasi sampah. Pembiayaan itu diasumsikan akan dibebankan kepada pemerintah.

Menurut dia, PLN dan ITB sama-sama mempunyai kepentingan dalam hal pengolahan sampah. Kebutuhan listrik dan ketersediaan teknologi merupakan benang merah yang menghubungkan kedua pihak tersebut. Namun begitu, kajian kelayakan pembangunan PLTS tersebut perlu dilakukan. Sebab, pelaksanaan teknologi ini membutuhkan keberlanjutan (sustainability).

Pendapatan dari program ini diperkirakan 5 dolar AS per ton CO2 ekuivalen. PLN berencana membeli listrik hasil olahan ini dengan harga Rp 425,00 per kilowatt hour (kwh). Dengan demikian, projek ini mempunyai IRR (internal rate return) sebesar 22 persen, dan NPV (net present value) Rp 167 miliar pada tahun ke 10 dengan payback periode 4,45 tahun.

Menanggapi hal ini, Rektor ITB, Djoko Santoso mengatakan projek ini merupakan projek yang menjanjikan dan dapat dijamin keberlangsungannya. ITB, lanjut Djoko, telah menyiapkan dana Rp 200 juta untuk studi kelayakan pembangunan PLTS. "Kesempatan ini merupakan tantangan bagi ITB untuk menciptakan teknologi pengolahan sampah menjadi listrik, tidak hanya teori," tuturnya.

Kepala Pusat Rekayasa Industri, Dr. Ir. Ari Darmawan Pasek, mengungkapkan, potensi listrik sampah Bandung diasumsikan mempunyai nilai kalori 1.500-2.500 kkcal/kg dengan efisiensi pembangkit 25 persen. Energi listrik yang dihasilkan per ton sampah per hari sebesar 18-30 kw. Selain menambah pasokan listrik, manfaat dari pengolahan sampah ini adalah meniadakan emisi gas rumah kaca sebesar 120.000 ton CO2 ek/tahun. "Residunya hanya 2-3 persen," tuturnya.

Kajian yang akan dilakukan juga merupakan upaya untuk menentukan lokasi pembangkit yang sesuai di Bandung. "Lokasi yang dibutuhkan seluas 1-2 hektare," tambahnya. Selain itu juga dimaksudkan untuk mengembangkan desain dasar (basic design) sistem pembangkit listrik tenaga uap dengan bahan bakar sampah.

Ari mengatakan, pihak terkait yang akan terlibat dalam pembangunan PLTS selain PLN adalah PT Nusantara Turbin dan Propulsi, PT Barata, PT PAL, PT Pindad, dan PT Basuki Pratama Engineering. (sumber : Harian PikiranRakyat )

2 komentar tulis disini:

Anonymous said...

Wah bagus tuch ... akhirnya Indonesia akan menjadi negara bebas sampah.

Btw saya punya program pembangkit listrik tenaga surya bekerjasama dengan seorang prof dari Australia. Kalo tertarik hubungi saya... walah kok malah nye les

Gredinov said...

saya juga setuju..
tp permasalahannya sekarang, PLTS akan dibangun didaerah tempat resapan air.. menurut anda gmn?